1. Ketidak-Utamaan Berselisih
# “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” (QS. Al-Anfal: 46)
# “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” (QS. Al-Anfal: 46)
# “Janganlah kamu seperti orang-orang yang
musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolong-golongan. Dan
setiap golongan berbangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS.
Ar-Rum: 31-32)
# “Mereka terus-menerus berselisih kecuali
orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhannya.” (QS. Hud: 118-119)
# “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.”
(QS. Al-An’am: 153)
2. Mencari Jalan Keluar Apabila Terjadi Perbedaan
# “Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)
# Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
“Di kalangan orang-orang terdahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang, lalu dia mencari orang yang banyak ilmunya, kemudian dia ditunjukkan kepada seorang rahib, lalu dia mendatanginya, kemudian dia katakan bahwa dia telah membunuh 99 orang, apakah tobatnya bisa diterima? Rahib itu menjawab, Tidak bisa.” Laki-laki itu membunuh rahib tersebut, sehingga genaplah 100 orang yang telah dibunuhnya.
“Di kalangan orang-orang terdahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang, lalu dia mencari orang yang banyak ilmunya, kemudian dia ditunjukkan kepada seorang rahib, lalu dia mendatanginya, kemudian dia katakan bahwa dia telah membunuh 99 orang, apakah tobatnya bisa diterima? Rahib itu menjawab, Tidak bisa.” Laki-laki itu membunuh rahib tersebut, sehingga genaplah 100 orang yang telah dibunuhnya.
Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi
yang paling banyak ilmunya, lalu dia ditunjukkan kepada seorang yang alim
(berilmu), kemudian dia mengatakan bahwa dia telah membunuh 100 orang, apakah
tobatnya bisa diterima? Orang alim itu menjawab, “Bisa. Tidak ada penghalang
antara kamu dengan tobatmu. Pergilah ke daerah begini dan begini, karena di
sana banyak orang yang beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, lalu beribadahlah
kepada Allah Azza wa Jalla bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke
daerahmu, karena daerahmu memang jelek.”
Laki-laki itu pergi. Sesampainya di tengah
perjalanan dia mati, maka malaikat Rahmat berbantahan dengan Malaikat Adzab.
Kata malaikat Rahmat, “Orang ini pergi untuk bertobat dengan menghadap kepada
Allah dengan sepenuh hati.” Kata malaikat Adzab, “Orang ini tidak berbuat
kebaikan sama sekali.”
Kemudian mereka didatangi oleh satu malaikat
lain dalam wujud manusia, lalu mereka meminta keputusan kepadanya. Kata dia,
“Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang mati ini dari tempat
berangkatnya dan dari tempat tujuannya. Ke mana yang lebih dekat maka itulah
keputusannya.” Ternyata hasil pengukuran mereka adalah bahwa orang yang mati
tersebut lebih dekat ke tempat tujuannya, maka dia dalam genggaman malaikat
Rahmat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di
atas menjelaskan kepada kita bahwa:
1. Para malaikatpun tidak terlepas dari perbedaan
pendapat.
2. Perbedaan pendapat tidak dibiarkan berlangsung terus tanpa penyelesaian.
3. Perbedaan pendapat diselesaikan dengan mengambil cara/pendapat yang terbaik/ter-shahih.
2. Perbedaan pendapat tidak dibiarkan berlangsung terus tanpa penyelesaian.
3. Perbedaan pendapat diselesaikan dengan mengambil cara/pendapat yang terbaik/ter-shahih.
Jadilah MUSLIM Yang BERBRDA
Potongan
firman Allah ta'ala yang disalahgunakan oleh kaum Zionis Yahudi untuk
menghasut
atau melancarkan ghazwul fikri (perang pemahaman) agar kaum muslim
tidak
mentaati sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mengikuti
as-sawad al
a'zham (mayoritas kaum muslim) adalah yang artinya
"Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah" (QS Al An'Am [6]:116)
Padahal
firmanNya selengkapnya adalah yang artinya
"Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah)"
(QS Al An'Am [6]:116)
Jadi yang
dimaksud "kebanyakan orang-orang yang di muka bumi" adalah
orang-orang
yang mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta
(terhadap Allah)" dan dari asbabun nuzul ayat tersebut mereka adalah
yang
menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan
apa-apa yang
telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.
Hadits yang
disalahgunakan oleh kaum Zionis Yahudi untuk menghasut atau
melancarkan
ghazwul fikri (perang pemahaman) agar kaum muslim tidak mentaati
sunnah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mengikuti as-sawad al
a'zham
(mayoritas kaum muslim) adalah
"Badaal
islamu ghoriban wasaya'udu ghoriba kama bada'a fatuuba lil ghoroba" ,
"Islam
datang dalam keadaan asing dan akan akan kembali asing maka beruntunglah
orang-orang
yang asing itu".. (Hr Ahmad)
Materi untuk kajian sore ini
semoga bermanfaar
Rabu,21 November 2012
semoga bermanfaar
Rabu,21 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar